Judul
Buku : LANDASAN MANAJEMEN
PENDIDIKAN
Penulis :
DR. NANANG FATTAH
Penerbit :
PT Remaja Rosdakarya
Kota Penerbit :
Bandung
Tahun Terbit :
Cetakan kesebelas, Januari 2011
Tebal Buku :
126 halaman
ISBN :
979-514-592-4
LANDASAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
Manajemen sering
diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu karena
manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik
berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai
kiat karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang
lain dalam menjalankan tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen
dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para
professional dituntun oleh suatu kode etik.
Dalam
proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang
manajer atau pimpinan, yaitu perencanaan (planning),
Pengorganisasian (Organizing), Pemimpinan
(Leading), dan Pengawasan (Controlling). Oleh karena itu,
manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin, dan
mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi
tercapai secara efektif dan efisien.
Fungsi
perencanaan antara lain menentukan tujuan atau kerangka tindakan yang
diperlukan untuk pencapaian tujuan tertentu. Ini dilakukan dengan mengkaji
kekuatan dan kelemahan organisasi, menentukan kesempatan dan ancaman,
menentukan strategi, kebijakan, taktik, dan program. Semua itu dilakukan
berdasarkan proses pengambilan keputusan secara ilmiah.
Fungsi
pengorganisasian meliputi penentuan fungsi, hubungan dan struktur. Fungsi
berupa tugas-tugas yang dibagi ke dalam fungsi garis, staf dan fungsional.
Hubungan terdiri atas tanggung jawab dan wewenang. Sedangkan strukturnya dapat
horizontal dan vertikal. Semuanya itu memperlancar alokasi sumber daya dengan
kombinasi yang tepat untuk mengimplementasikan rencana.
Fungsi
pemimpinan menggambarkan bagaimana manajer mengarahkan dan mempengaruhi para
bawahan, bagaimana orang lain melaksanakan tugas yang esensial dengan
menciptakan suasana yang menyenangkan untuk bekerja sama.
Fungsi
pengawasan meliputi penentuan standar, supervisi, dan mengukur penampilan atau
pelaksanaan terhadap standar dan memberikan keyakinan bahwa tujuan organisasi
tercapai. Pengawasan sangat erat kaitannya dengan perencanaan, karena melalui
pengawasan efektivitas manajemen dapat diukur.
Ciri-ciri pendidikan antara lain:
a. Pendidikan
mengandung tujuan, yaitu kemampuan untuk berkembang sehingga bermanfaat untuk
kepentingan hidup.
b. Untuk
mencapai tujuan itu, pendidikan melakukan usaha yang terencana dalam memilih
isi (materi), strategi, dan teknik penilaiannya yang sesuai.
c. Kegiatan
pendidikan dilakukan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat (formal
dan non formal).
Kerangka dasar Manajemen meliputi: “Philosophy, Asumtions, Principles, and
Theory, which are basic to the study of any discipline of management”. Bagi
seorang manajer falsafah merupakan cara berpikir yang telah terkondisikan
dengan lingkungan, perangkat organisasi, nilai-nilai dan keyakinan yang
mendasari tanggung jawab seorang manajer. Falsafah seorang manajer dijadikan
dasar untuk membuat asumsi-asumsi tentang lingkungan, peran organisasinya, dan
dari asumsi ini lahir prinsip-prinsip yang dihubungkan dengan kerangka atau
garis besar untuk bertindak. Seperangkat prinsip yang berkaitan satu sama lain
dikembangkan dan diuji dengan pengalaman sebelum menjadi suatu teori. Untuk
seorang manajer, suatu teori tentang manajemen sangat berfungsi dalam
memecahkan masalah-masalah yang timbul. Oleh karena itu, falsafah, asumsi,
prinsip-prinsip, dan teori tentang manajemen merupakan landasan manajerial yang
harus dipahami dan dihayati oleh manajer.
Dasar Falsafah manajemen dapat dibedakan
dalam tiga jenis hakikat yaitu hakikat tujuan, hakikat manusia, dan hakikat
kerja. Tujuan utama manajemen adalah produktivitas dan kepuasan. Mungkin saja
tujuan ini tidak tunggal bahkan jamak atau rangkap, seperti peningkatan mutu
pendidikan/lulusannya, keuntungan/profit yang tinggi, pemenuhan kesempatan
kerja, pembangunan daerah/nasional, tanggung jawab sosial. Tujuan-tujuan ini
ditentukan berdasarkan penataan dan pengkajian terhadap situasi dan kondisi
organisasi, seperti kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Hakikat manusia
pada dasarnya memiliki tenaga dalam menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan,
terdapat fungsi yang rasional, bertanggungjawab atas tingkah laku intelektual
dan sosial, mampu mengarahkan diri ke tujuan yang positif, mampu mengatur dan
mengontrol diri, dan menentukan nasibnya, pada hakikatnya dalam proses
berkembang dan tidak pernah selesai, melibatkan diri untuk kepentingan dirinya
dan orang lain dan mempunyai potensi yang perwujudannya sering tak terduga dan
potensi itu terbatas.
Kerja
merupakan kegiatan dalam melakukan sesuatu dan orang yang kerja ada kaitannya
dengan mencari nafkah atau bertujuan untuk mendapatkan imbalan atas prestasi
yang telah diberikan atas kepentingan organisasi. Pada hakikatnya orang bekerja
untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan atau motivasi tertentu. Kebutuhan
dipandang sebagai penggerak atau pembangkit prilaku, sedangkan tujuan berfungsi
mengarahkan prilaku. Proses motivasi sebagian besar diarahkan untuk memenuhi
dan mencapai kebutuhan.
Terdapat
beberapa teori manajemen yaitu teori klasik, neo klasik dan teori modern.Teori Klasik berasumsi bahwa para
pekerja atau manusia itu sifatnya rasional, berpikir logic, dan kerja merupakan
suatu yang diharapkan. Salah satu teori klasik adalah Manajemen Ilmiah (Scientific Management) dipelopori oleh
Frederick W. Taylor (1856-1915). Pendekatan ilmiah ini berpandangan bahwa yang
menjadi sasaran manajemen adalah mendapatkan kemakmuran maksimum bagi pengusaha
dan karyawannya. Untuk itu manajemen harus melaksanakan prinsip-prinsip :1)
perlunya dikembangkan ilmu bagi setiap tugas, 2)pemilihan karyawan yang tepat
dan sesuai dengan persyaratan kerja, 3) perlunya latihan dan pemberian
rangsangan, 4) perlunya dilakukan penelitian dan percobaan. Terdapat
kelemahan-kelemahan teori klasik secara garis besar, yaitu: 1) Teori klasik
adalah teori yang terikat waktu. Teori ini cocok diterapkan pada permulaan abad
20-an, karena motif pekerja waktu itu adalah untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis. 2) Teori klasik mempunyai ciri-ciri deterministik. Teori sangat
menekankan pada prinsip-prinsip manajemen dan tidak memperhitungkan berbagai
dimensi dalam manajemen seperti motivasi, pengambilan keputusan dan hubungan
informal. 3) Teori ini merumuskan asumsinya secara eksplisit. Malahan banyak
asumsi yang lemah dan tidak lengkap secara implisit terdapat dalam teori klasik
itu, antara lain: Efisiensi hanya diukur oleh tingkat produktivitas yang hanya
menyangkut penggunaan sumber daya secara ekonomis tanpa memperhitungkan faktor
manusiawi. Teori Neo-Klasik berasumsi
bahwa manusia itu makhluk sosial dengan mengaktualisasikan dirinya. Beberapa
pelopor aliran neo-klasik ini antara lain: Elton Mayo dengan Studi Hubungan
antar – Manusia, atau tingkah laku manusia dalam situasi kerja, terkenal dengan
studi Hawthorne. Berdasarkan hasil studi ini ternyata kelompok kerja informal
lingkungan sosial pekerja mempunyai pengaruh yang besar terhadap produktivitas.
Teori Modern yaitu berdasarkan
hal-hal yang sifatnya situasional. Artinya orang menyesuaikan diri dengan
situasi yang dihadapi dan mengambil keputusan sesuai dengan situasi dan kondisi
lingkungan. Asumsi yang dipakai ialah bahwa orang itu berlainan dan berubah
baik kebutuhannya, reaksinya, tindakannya yang semuanya bergantung pada
lingkungan. Selanjutnya orang itu bekerja di dalam suatu sistem untuk mencapai
tujuan bersama. Menurut Murdick dan Ross, sistem organisasi itu terdiri dari
individu, organisasi formal, organisasi informal, gaya kepemimpinan dan
perangkat fisik yang satu sama lain saling berhubungan.
Prinsip-prinsip
Manajemen yaitu manajemen berdasarkan sasaran, berdasarkan orang dan
berdasarkan informasi. 1) Prinsip
Manajemen Berdasarkan Sasaran. Istilan Manajemen Berdasarkan Sasaran
pertama kali dipopulerkan sebagai suatu pendekatan terhadap perencanaan oleh
Peter Drucker (1954) yaitu Management By Objectivitas (MBO). MBO merupakan
teknik manajemen yang membantu yang membantu memperjelas dan menjabarkan
tahapan tujuan organisasi. Dengan MBO dilakukan proses penentuan tujuan bersama
antara atasan dan bawahan.
MBO
mempunyai siklus atau proses, yang dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu 1)
identifikasi tujuan, tanggung jawab, dan tugas-tugas; 2) pengembangan standar
prestasi (performance); dan 3) pengukuran dan penilaian prestasi. MBO merupakan
sistem yang mengandung berbagai unsur. 2)
Prinsip Manajemen Berdasarkan Orang merupakan suatu konsep manajemen modern
yang mengkaji keterkaitan dimensi perilaku, komponen sistem dalam kaitannya
dengan perubahan dan pengembangan organisasi. Tuntutan perubahan dan
pengembangan yang muncul sebagai akibat tuntutan lingkungan internal dan
eksternal, membawa implikasi terhadap perubahan perilaku dan kelompok serta
wadahnya. 3) Prinsip Manajemen
Berdasarkan Informasi. Semua kegiatan membutuhkan informasi. Informasi yang
dibutuhkan manajer disediakan oleh suatu sistem informasi manajemen (Management Information System/ MIS) yaitu
suatu sistem yang menyediakan informasi untuk manajer secara teratur. Informasi
ini dimanfaatkan sebagai dasar untuk melakukan pemantauan dan penilaian
kegiatan serta hasil-hasil yang dicapai. Dengan kata lain SIM (Sistem Informasi
Manajemen) merupakan keseluruhan jaringan informasi yang ditujukan kepada
pembuatan keterangan-keterangan bagi manajer yang berfungsi untuk pengambilan
keputusan.
Terdapat
beberapa fungsi dalam manajemen, seperti perencanaan, pengorganisasian,
pemimpinan, pengawasan dan evaluasi.
Perencanaan
adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan
jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan
seefektif mungkin. Dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan yang
meskipun dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya dalam proses perencanaan. Ketiga kegiatan itu adalah 1) perumusan
tujuan yang ingin di capai 2) pemilihan program untuk mencapai tujuan itu 3)
identifikasi dan pengerahan sumber yang jumlahnya selalu terbatas. Terdapat Model-Model
Perencanaan Pendidikan yaitu a) Model perencanaan komprehensif, b) Model target
setting, c) Model costing (pembiayaan)
dan keefektifan biaya dan d) Model PPBS. Jenis – jenis Perencanaan Pendidikan
yaitu a) Menurut Besarannya (Magnitude), yaitu
perencanaan makro,meso dan mikro. b) Menurut Tingkatannya, yaitu perencanaan
strategik, koordinatif dan operasional. c) Menurut jangka waktunya, yaitu
perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang. Selain itu juga terdapat
teknik-teknik perencanaan yaitu diagram balok, diagram milstone dan PERT dan
CPM. Dalam suatu proses perencanaan terdapat penganggaran yang merupakan satu
langkah perencanaan dan juga sebagai instrument perencanaan yang fundamental.
Anggaran dapat diartikan sebagai suatu rencana operasi dari suatu kegiatan atau
proyek yang mengandung perincian pengeluaran biaya untuk suatu periode
tertentu.
Pengorganisasian
adalah proses membagi kerja ked ala tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan
tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya, dan
mengalokasikan sumber daya serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas
pencapaian tujuan organisasi. Proses pengorganisasian yaitu tahap pertama (Pemerincian Pekerjaan), yang
harus dilakukan dalam merinci pekerjaan adalah menentukan tugas-tugas apa yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Tahap Kedua ( Pembagian Kerja), membagi seluruh beban kerja menjadi
kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh perseorangan atau perkelompok. Tahap ketiga (Penyatuan Pekerjaan), menggabungkan
pekerjaan para anggota dengan cara yang rasional dan efisien. Tahap keempat (Koordinasi Pekerjaan), yaitu
menetapkan mekanisme kerja untuk mengkoordinasikan pekerjaan dalam satu kesatuan
yang harmonis. Tahap Kelima (Monitoring
dan Reorganisasi), melakukan monitoring dan mengambil langkah-langkah
penyesuaian untuk mempertahankan dan meningkatkan efektivitas. Dalam proses
pengorganisasian terdapat kegiatan pendelegasian wewenang. Delegasi dapat
didefinisikan sebagai pelimpahan wewenang formal dan tanggung jawab kepada
seseorang atas pelaksanaan aktivitas tertentu. Tujuan untama pendelegasian
adalah agar organisasi dapat menggunakan sumber daya secara efektif dan
efisien. Beberapa unsur yang menjadi dasar pemberian tanggung jawab antara
lain: 1) spesifikasi tugas, 2) kesamaan fungsi dan rentang manajemen.
Pemimpin pada
hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku
orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Jenis pemimpin
bermacam-macam, ada pemimpin formal, yaitu yang terjadi karena pemimpin
bersandar pada wewenang formal. Ada pula pemimpin informal, yaitu terjadi
karena pemimpin tanpa wewenang formal berhasil mempengaruhi perilaku orang lain.
Berbagai pendekatan dalam memecahkan masalah kepemimpinan telah dilakukan.
Pendekatan pertama, yaitu pendekatan sifat, pendekatan kedua yaitu dengan
pendekatan perilaku, dan pendekatan ketiga adalah pendekatan situasional. Pendekatan
sifat yaitu pendekatan yang memfokuskan pada karakteristik pribadi
pemimpin. Apabila disimpulkan karakteristik yang harus dimiliki pemimpin
adalah: Kekuatan jasmani dan rohani yang cukup, Semangat untuk mencapai tujuan,
Penuh antusias, Ramah dan penuh perasaan, Jujur dan adil, Memiliki kecakapan
teknis, Dapat mengambil keputusan, Cerdas, Punya kecakapan mengajar, Penuh
keyakinan, Memiliki keberanian dan daya tarik, Ulet dan tahan uji, Suka
melindungi, Penuh inisiatif, Simpatik, Percaya diri, Intelegensi tinggi, Waspada,
Bergairah dalam bekerja, Bertanggung jawab, Rendah hati dan Objektif. Pendekatan perilaku memandang bahwa
kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan sifat-sifat
pemimpin. Alasannya sifat seseorang relative sukar untuk diidentifikasikan. Sedangkan
pendekatan situasional berpandangan
bahwa keefektifan kepemimpinan bergantung pada kecocokan antar pribadi, tugas,
kekuasaan, sikap dan persepsi.
Pengawasan diperlukan untuk melihat
sejauh mana hasil tercapai. Pengawasan merupakan proses dasar yang secara
esensial tetap diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya suatu organisasi. Tujuan
pengawasan menurut konsep sistem adalah membantu mempertahankan hasil atau
output yang sesuai syarat-syarat sistem. Proses pengawasan terdiri atas tiga
tahap, yaitu: 1) Menetapkan standar
pelaksanaan pekerjaan, penentuan standar mencakup kriteria untuk semua
lapisan pekerjaan (Job performance)
yang terdapat dalam suatu organisasi. 2)
Pengukuran hasil/pelaksanaan pekerjaan. Metode dan teknik koreksinya dapat
dijelaskan dengan klasifikasi fungsi-fungsi manajemen: (1) perencanaan: garis
umpan balik proses manajemen dapat berwujud meninjau kembali rencana, mengubah
tujuan atau mengubah standar, (2) pengorganisasian: memeriksa apakah struktur
organisasi yang ada itu cukup sesuai dengan standar, apakah tugas dan kewajiban
telah dimengerti dengan baik, dan apakah diperlukan penataan kembali
orang-orang, (3) penataan staf: memperbaiki sistem seleksi, memperbaiki sistem
latihan, dan menata kembali tugas-tugas, (4) pengarahan: mengembangkan
kepemimpinan yang lebih baik, meningkatkan motivasi, menjelaskan pekerjaan yang
sukses, penyadaran akan tujuan secara keseluruhan apakah kerja sama antara
pimpinan dan anak buah berada dalam standar.
3) Menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan standard an
rencana.
Evaluasi adalah pembuatan pertimbangan
menurut suatu perangkat kritera yang disepakati dan dapat
dipertanggungjawabkan. Menurut TR Morrison ada tiga faktor penting dalam konsep evaluasi,
yaitu: pertimbangan (judgement), deskripsi objek penelitian, dan kriteria
yang bertanggung jawab (defensible
criteria). Dalam hubungannya dengan manajemen pendidikan, tujuan evaluasi
antara lain: 1) Untuk memperoleh dasar bagi pertimbangan akhir suatu periode
kerja, apa yang telah dicapai, apa yang belum dicapai dan apa yang perlu
mendapat perhatian khusus, 2) Untuk menjamin cara kerja yang efektif dan
efisien yang membawa organisasi kepada penggunaan sumber daya pendidikan
(manusia/tenaga, srana dan prasarana, biaya) secara efisiensi ekonomis, dan 3) Untuk
memperoleh fakta tentang kesulitan, hambatan, penyimpangan dilihat dari aspek
tertentu misalnya program tahunan, kemajuan tahunan. Dalam menjalankan
evaluasi, terdapat beberapa prinsip-prinsip yaitu : 1) Prinsip
berkesinambungan, artinya evaluasi dilakukan secara berlanjut, 2) Prinsip
menyeluruh, artinya keseluruhan aspek dalam program (komponen) dievaluasi, 3) Prinsip
objektif, artinya evaluasi mempunyai tingkat kebebasan dari subjektivitas atau
bias pribadi evaluator, 4) Prinsip keterandalan dan sahih, yaitu mengandung
internal konsistensi dan benar-benar mengukur apa yang harus diukur, 5) Prinsip
penggunaan kritresia, yaitu criteria internal dan eksternal untuk evaluasi
program, dan untuk evaluasi hasil belajar, biasanya dipergunakan kriteria
standar patokan (mutlak) dan kriteria norma (standar relatif), dan 6) Prinsip
kegunaan, artinya evaluasi yang dilakukan hendaknya sesuatu yang bermanfaat,
baik untuk kepentingan pimpinan maupun bawahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar