Senin, 01 Desember 2014

Resume Buku "Landasan Manajemen Pendidikan"


Judul Buku                : LANDASAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
Penulis                        : DR. NANANG FATTAH
Penerbit                      : PT Remaja Rosdakarya
Kota Penerbit            : Bandung
Tahun Terbit             : Cetakan kesebelas, Januari 2011
Tebal Buku                : 126 halaman

ISBN                           : 979-514-592-4

LANDASAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain dalam menjalankan tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para professional dituntun oleh suatu kode etik.
Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer atau pimpinan, yaitu perencanaan (planning), Pengorganisasian (Organizing), Pemimpinan (Leading), dan Pengawasan (Controlling). Oleh karena itu, manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
Fungsi perencanaan antara lain menentukan tujuan atau kerangka tindakan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan tertentu. Ini dilakukan dengan mengkaji kekuatan dan kelemahan organisasi, menentukan kesempatan dan ancaman, menentukan strategi, kebijakan, taktik, dan program. Semua itu dilakukan berdasarkan proses pengambilan keputusan secara ilmiah.
Fungsi pengorganisasian meliputi penentuan fungsi, hubungan dan struktur. Fungsi berupa tugas-tugas yang dibagi ke dalam fungsi garis, staf dan fungsional. Hubungan terdiri atas tanggung jawab dan wewenang. Sedangkan strukturnya dapat horizontal dan vertikal. Semuanya itu memperlancar alokasi sumber daya dengan kombinasi yang tepat untuk mengimplementasikan rencana.
Fungsi pemimpinan menggambarkan bagaimana manajer mengarahkan dan mempengaruhi para bawahan, bagaimana orang lain melaksanakan tugas yang esensial dengan menciptakan suasana yang menyenangkan untuk bekerja sama.
Fungsi pengawasan meliputi penentuan standar, supervisi, dan mengukur penampilan atau pelaksanaan terhadap standar dan memberikan keyakinan bahwa tujuan organisasi tercapai. Pengawasan sangat erat kaitannya dengan perencanaan, karena melalui pengawasan efektivitas manajemen dapat diukur.
Ciri-ciri pendidikan antara lain:
a.       Pendidikan mengandung tujuan, yaitu kemampuan untuk berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidup.
b.      Untuk mencapai tujuan itu, pendidikan melakukan usaha yang terencana dalam memilih isi (materi), strategi, dan teknik penilaiannya yang sesuai.
c.       Kegiatan pendidikan dilakukan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat (formal dan non formal).
Kerangka dasar Manajemen meliputi: “Philosophy, Asumtions, Principles, and Theory, which are basic to the study of any discipline of management”. Bagi seorang manajer falsafah merupakan cara berpikir yang telah terkondisikan dengan lingkungan, perangkat organisasi, nilai-nilai dan keyakinan yang mendasari tanggung jawab seorang manajer. Falsafah seorang manajer dijadikan dasar untuk membuat asumsi-asumsi tentang lingkungan, peran organisasinya, dan dari asumsi ini lahir prinsip-prinsip yang dihubungkan dengan kerangka atau garis besar untuk bertindak. Seperangkat prinsip yang berkaitan satu sama lain dikembangkan dan diuji dengan pengalaman sebelum menjadi suatu teori. Untuk seorang manajer, suatu teori tentang manajemen sangat berfungsi dalam memecahkan masalah-masalah yang timbul. Oleh karena itu, falsafah, asumsi, prinsip-prinsip, dan teori tentang manajemen merupakan landasan manajerial yang harus dipahami dan dihayati oleh manajer.
Dasar Falsafah manajemen dapat dibedakan dalam tiga jenis hakikat yaitu hakikat tujuan, hakikat manusia, dan hakikat kerja. Tujuan utama manajemen adalah produktivitas dan kepuasan. Mungkin saja tujuan ini tidak tunggal bahkan jamak atau rangkap, seperti peningkatan mutu pendidikan/lulusannya, keuntungan/profit yang tinggi, pemenuhan kesempatan kerja, pembangunan daerah/nasional, tanggung jawab sosial. Tujuan-tujuan ini ditentukan berdasarkan penataan dan pengkajian terhadap situasi dan kondisi organisasi, seperti kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Hakikat manusia pada dasarnya memiliki tenaga dalam menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan, terdapat fungsi yang rasional, bertanggungjawab atas tingkah laku intelektual dan sosial, mampu mengarahkan diri ke tujuan yang positif, mampu mengatur dan mengontrol diri, dan menentukan nasibnya, pada hakikatnya dalam proses berkembang dan tidak pernah selesai, melibatkan diri untuk kepentingan dirinya dan orang lain dan mempunyai potensi yang perwujudannya sering tak terduga dan potensi itu terbatas.
Kerja merupakan kegiatan dalam melakukan sesuatu dan orang yang kerja ada kaitannya dengan mencari nafkah atau bertujuan untuk mendapatkan imbalan atas prestasi yang telah diberikan atas kepentingan organisasi. Pada hakikatnya orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan atau motivasi tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit prilaku, sedangkan tujuan berfungsi mengarahkan prilaku. Proses motivasi sebagian besar diarahkan untuk memenuhi dan mencapai kebutuhan.
Terdapat beberapa teori manajemen yaitu teori klasik, neo klasik dan teori modern.Teori Klasik berasumsi bahwa para pekerja atau manusia itu sifatnya rasional, berpikir logic, dan kerja merupakan suatu yang diharapkan. Salah satu teori klasik adalah Manajemen Ilmiah (Scientific Management) dipelopori oleh Frederick W. Taylor (1856-1915). Pendekatan ilmiah ini berpandangan bahwa yang menjadi sasaran manajemen adalah mendapatkan kemakmuran maksimum bagi pengusaha dan karyawannya. Untuk itu manajemen harus melaksanakan prinsip-prinsip :1) perlunya dikembangkan ilmu bagi setiap tugas, 2)pemilihan karyawan yang tepat dan sesuai dengan persyaratan kerja, 3) perlunya latihan dan pemberian rangsangan, 4) perlunya dilakukan penelitian dan percobaan. Terdapat kelemahan-kelemahan teori klasik secara garis besar, yaitu: 1) Teori klasik adalah teori yang terikat waktu. Teori ini cocok diterapkan pada permulaan abad 20-an, karena motif pekerja waktu itu adalah untuk memenuhi kebutuhan fisiologis. 2) Teori klasik mempunyai ciri-ciri deterministik. Teori sangat menekankan pada prinsip-prinsip manajemen dan tidak memperhitungkan berbagai dimensi dalam manajemen seperti motivasi, pengambilan keputusan dan hubungan informal. 3) Teori ini merumuskan asumsinya secara eksplisit. Malahan banyak asumsi yang lemah dan tidak lengkap secara implisit terdapat dalam teori klasik itu, antara lain: Efisiensi hanya diukur oleh tingkat produktivitas yang hanya menyangkut penggunaan sumber daya secara ekonomis tanpa memperhitungkan faktor manusiawi. Teori Neo-Klasik berasumsi bahwa manusia itu makhluk sosial dengan mengaktualisasikan dirinya. Beberapa pelopor aliran neo-klasik ini antara lain: Elton Mayo dengan Studi Hubungan antar – Manusia, atau tingkah laku manusia dalam situasi kerja, terkenal dengan studi Hawthorne. Berdasarkan hasil studi ini ternyata kelompok kerja informal lingkungan sosial pekerja mempunyai pengaruh yang besar terhadap produktivitas. Teori Modern yaitu berdasarkan hal-hal yang sifatnya situasional. Artinya orang menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi dan mengambil keputusan sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan. Asumsi yang dipakai ialah bahwa orang itu berlainan dan berubah baik kebutuhannya, reaksinya, tindakannya yang semuanya bergantung pada lingkungan. Selanjutnya orang itu bekerja di dalam suatu sistem untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Murdick dan Ross, sistem organisasi itu terdiri dari individu, organisasi formal, organisasi informal, gaya kepemimpinan dan perangkat fisik yang satu sama lain saling berhubungan.
Prinsip-prinsip Manajemen yaitu manajemen berdasarkan sasaran, berdasarkan orang dan berdasarkan informasi. 1) Prinsip Manajemen Berdasarkan Sasaran. Istilan Manajemen Berdasarkan Sasaran pertama kali dipopulerkan sebagai suatu pendekatan terhadap perencanaan oleh Peter Drucker (1954) yaitu Management By Objectivitas (MBO). MBO merupakan teknik manajemen yang membantu yang membantu memperjelas dan menjabarkan tahapan tujuan organisasi. Dengan MBO dilakukan proses penentuan tujuan bersama antara atasan dan bawahan.
MBO mempunyai siklus atau proses, yang dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu 1) identifikasi tujuan, tanggung jawab, dan tugas-tugas; 2) pengembangan standar prestasi (performance); dan 3) pengukuran dan penilaian prestasi. MBO merupakan sistem yang mengandung berbagai unsur. 2) Prinsip Manajemen Berdasarkan Orang merupakan suatu konsep manajemen modern yang mengkaji keterkaitan dimensi perilaku, komponen sistem dalam kaitannya dengan perubahan dan pengembangan organisasi. Tuntutan perubahan dan pengembangan yang muncul sebagai akibat tuntutan lingkungan internal dan eksternal, membawa implikasi terhadap perubahan perilaku dan kelompok serta wadahnya. 3) Prinsip Manajemen Berdasarkan Informasi. Semua kegiatan membutuhkan informasi. Informasi yang dibutuhkan manajer disediakan oleh suatu sistem informasi manajemen (Management Information System/ MIS) yaitu suatu sistem yang menyediakan informasi untuk manajer secara teratur. Informasi ini dimanfaatkan sebagai dasar untuk melakukan pemantauan dan penilaian kegiatan serta hasil-hasil yang dicapai. Dengan kata lain SIM (Sistem Informasi Manajemen) merupakan keseluruhan jaringan informasi yang ditujukan kepada pembuatan keterangan-keterangan bagi manajer yang berfungsi untuk pengambilan keputusan.
Terdapat beberapa fungsi dalam manajemen, seperti perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, pengawasan dan evaluasi.
Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin. Dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan yang meskipun dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya dalam proses perencanaan. Ketiga kegiatan itu adalah 1) perumusan tujuan yang ingin di capai 2) pemilihan program untuk mencapai tujuan itu 3) identifikasi dan pengerahan sumber yang jumlahnya selalu terbatas. Terdapat Model-Model Perencanaan Pendidikan yaitu a) Model perencanaan komprehensif, b) Model target setting, c) Model costing (pembiayaan) dan keefektifan biaya dan d) Model PPBS. Jenis – jenis Perencanaan Pendidikan yaitu a) Menurut Besarannya (Magnitude), yaitu perencanaan makro,meso dan mikro. b) Menurut Tingkatannya, yaitu perencanaan strategik, koordinatif dan operasional. c) Menurut jangka waktunya, yaitu perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang. Selain itu juga terdapat teknik-teknik perencanaan yaitu diagram balok, diagram milstone dan PERT dan CPM. Dalam suatu proses perencanaan terdapat penganggaran yang merupakan satu langkah perencanaan dan juga sebagai instrument perencanaan yang fundamental. Anggaran dapat diartikan sebagai suatu rencana operasi dari suatu kegiatan atau proyek yang mengandung perincian pengeluaran biaya untuk suatu periode tertentu.
Pengorganisasian adalah proses membagi kerja ked ala tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumber daya serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas pencapaian tujuan organisasi. Proses pengorganisasian yaitu tahap pertama (Pemerincian Pekerjaan), yang harus dilakukan dalam merinci pekerjaan adalah menentukan tugas-tugas apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Tahap Kedua ( Pembagian Kerja), membagi seluruh beban kerja menjadi kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh perseorangan atau perkelompok. Tahap ketiga (Penyatuan Pekerjaan), menggabungkan pekerjaan para anggota dengan cara yang rasional dan efisien. Tahap keempat (Koordinasi Pekerjaan), yaitu menetapkan mekanisme kerja untuk mengkoordinasikan pekerjaan dalam satu kesatuan yang harmonis. Tahap Kelima (Monitoring dan Reorganisasi), melakukan monitoring dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk mempertahankan dan meningkatkan efektivitas. Dalam proses pengorganisasian terdapat kegiatan pendelegasian wewenang. Delegasi dapat didefinisikan sebagai pelimpahan wewenang formal dan tanggung jawab kepada seseorang atas pelaksanaan aktivitas tertentu. Tujuan untama pendelegasian adalah agar organisasi dapat menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien. Beberapa unsur yang menjadi dasar pemberian tanggung jawab antara lain: 1) spesifikasi tugas, 2) kesamaan fungsi dan rentang manajemen.
Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Jenis pemimpin bermacam-macam, ada pemimpin formal, yaitu yang terjadi karena pemimpin bersandar pada wewenang formal. Ada pula pemimpin informal, yaitu terjadi karena pemimpin tanpa wewenang formal berhasil mempengaruhi perilaku orang lain. Berbagai pendekatan dalam memecahkan masalah kepemimpinan telah dilakukan. Pendekatan pertama, yaitu pendekatan sifat, pendekatan kedua yaitu dengan pendekatan perilaku, dan pendekatan ketiga adalah pendekatan situasional.  Pendekatan sifat yaitu pendekatan yang memfokuskan pada karakteristik pribadi pemimpin. Apabila disimpulkan karakteristik yang harus dimiliki pemimpin adalah: Kekuatan jasmani dan rohani yang cukup, Semangat untuk mencapai tujuan, Penuh antusias, Ramah dan penuh perasaan, Jujur dan adil, Memiliki kecakapan teknis, Dapat mengambil keputusan, Cerdas, Punya kecakapan mengajar, Penuh keyakinan, Memiliki keberanian dan daya tarik, Ulet dan tahan uji, Suka melindungi, Penuh inisiatif, Simpatik, Percaya diri, Intelegensi tinggi, Waspada, Bergairah dalam bekerja, Bertanggung jawab, Rendah hati dan Objektif. Pendekatan perilaku memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan sifat-sifat pemimpin. Alasannya sifat seseorang relative sukar untuk diidentifikasikan. Sedangkan pendekatan situasional berpandangan bahwa keefektifan kepemimpinan bergantung pada kecocokan antar pribadi, tugas, kekuasaan, sikap dan persepsi.
Pengawasan diperlukan untuk melihat sejauh mana hasil tercapai. Pengawasan merupakan proses dasar yang secara esensial tetap diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya suatu organisasi. Tujuan pengawasan menurut konsep sistem adalah membantu mempertahankan hasil atau output yang sesuai syarat-syarat sistem. Proses pengawasan terdiri atas tiga tahap, yaitu: 1) Menetapkan standar pelaksanaan pekerjaan, penentuan standar mencakup kriteria untuk semua lapisan pekerjaan (Job performance) yang terdapat dalam suatu organisasi. 2) Pengukuran hasil/pelaksanaan pekerjaan. Metode dan teknik koreksinya dapat dijelaskan dengan klasifikasi fungsi-fungsi manajemen: (1) perencanaan: garis umpan balik proses manajemen dapat berwujud meninjau kembali rencana, mengubah tujuan atau mengubah standar, (2) pengorganisasian: memeriksa apakah struktur organisasi yang ada itu cukup sesuai dengan standar, apakah tugas dan kewajiban telah dimengerti dengan baik, dan apakah diperlukan penataan kembali orang-orang, (3) penataan staf: memperbaiki sistem seleksi, memperbaiki sistem latihan, dan menata kembali tugas-tugas, (4) pengarahan: mengembangkan kepemimpinan yang lebih baik, meningkatkan motivasi, menjelaskan pekerjaan yang sukses, penyadaran akan tujuan secara keseluruhan apakah kerja sama antara pimpinan dan anak buah berada dalam standar. 3) Menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan standard an rencana.

Evaluasi adalah pembuatan pertimbangan menurut suatu perangkat kritera yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan. Menurut TR Morrison  ada tiga faktor penting dalam konsep evaluasi, yaitu: pertimbangan (judgement),  deskripsi objek penelitian, dan kriteria yang bertanggung jawab (defensible criteria). Dalam hubungannya dengan manajemen pendidikan, tujuan evaluasi antara lain: 1) Untuk memperoleh dasar bagi pertimbangan akhir suatu periode kerja, apa yang telah dicapai, apa yang belum dicapai dan apa yang perlu mendapat perhatian khusus, 2) Untuk menjamin cara kerja yang efektif dan efisien yang membawa organisasi kepada penggunaan sumber daya pendidikan (manusia/tenaga, srana dan prasarana, biaya) secara efisiensi ekonomis, dan 3) Untuk memperoleh fakta tentang kesulitan, hambatan, penyimpangan dilihat dari aspek tertentu misalnya program tahunan, kemajuan tahunan. Dalam menjalankan evaluasi, terdapat beberapa prinsip-prinsip yaitu : 1) Prinsip berkesinambungan, artinya evaluasi dilakukan secara berlanjut, 2) Prinsip menyeluruh, artinya keseluruhan aspek dalam program (komponen) dievaluasi, 3) Prinsip objektif, artinya evaluasi mempunyai tingkat kebebasan dari subjektivitas atau bias pribadi evaluator, 4) Prinsip keterandalan dan sahih, yaitu mengandung internal konsistensi dan benar-benar mengukur apa yang harus diukur, 5) Prinsip penggunaan kritresia, yaitu criteria internal dan eksternal untuk evaluasi program, dan untuk evaluasi hasil belajar, biasanya dipergunakan kriteria standar patokan (mutlak) dan kriteria norma (standar relatif), dan 6) Prinsip kegunaan, artinya evaluasi yang dilakukan hendaknya sesuatu yang bermanfaat, baik untuk kepentingan pimpinan maupun bawahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar